Menu


4 Fakta Pembakaran Al-Qur’an di Swedia yang Dikecam: Ternyata Tak Cuma Sekali Meski Diprotes

4 Fakta Pembakaran Al-Qur’an di Swedia yang Dikecam: Ternyata Tak Cuma Sekali Meski Diprotes

Kredit Foto: Fredrik SANDBERG / Kantor Berita TT / AFP

Konten Jatim, Jakarta -

Demonstrasi tolak Swedia bergabung dengan NATO alias aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara dan protes Turki memanas gegara diwarnai aksi pembakaran salinan Al-Qur’an oleh salah satu politisi, Rasmus Paludan.

Pada demonstrasi di Kota Stockholm pada Sabtu (21/1/2023) itu, Paludan yang seorang politisi anti-imigran sekaligus pemimpin partai Stram Kurs (Garis Keras) sayap kanan Denmark itu membakar salinan Al-Qur’an di dekat Kedutaan Besar Turki di Kota Stockholm.

Berikut fakta-fakta terkait pembakaran kitab suci Muslim tersebut dalam demonstrasi:

Baca Juga: Tersangka Penistaan Agama Tak Terima Cak Nun Samakan Jokowi Dengan Firaun: Orang Jahat!

1. “Kritik” Turki dan NATO

Protes yang dilakukan Paludan terhadap Islam itu disebut izin yang diperolehnya dari polisi merupakan upaya mengkritik, NATO, Turki, sampai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan soal mempengaruhi kebebasan berekspresi di Swedia.

Sebagai informasi, tahun 2022, Swedia dan Finlandia mendaftar bergabung dengan NATO usai serangan Rusia ke Ukraina. Tawaran mereka harus disetujui oleh seluruh 30 negara. Namun, Turki menyebut Swedia mestinya lebih dulu ambil sikap yang lebih jelas terkait teroris, terutama militan Kurdi dan kelompok yang disalahkan atas upaya kudeta tahun 2016.

Mengutip berbagai sumber terpercaya, demonstrasi oleh Paludan dan kawanannya memprotes upaya Swedia masuk NATO dan untuk menunjukkan dukungan bagi Kurdi. Para demonstran membawa spanduk merah besar bertuliskan “Kita semua PKK”.

Yang mana, hal ini mengacu pada Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang di Swedia, Turki, dan Amerika Serikat (AS).

2. Kata Swedia

Aksi pembakaran kitab suci itu pun dikecam oleh Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson yang menyebutnya tindakan yang sangat tidak sopan. Ketegangan antara Swedia dan Turki pun meningkat.

Baca Juga: Siap-siap, Pendukung Fanatik Jokowi Ini Akan Dilaporkan Atas Dugaan Kasus Penistaan Agama

“Kebebasan berekspresi adalah bagian mendasar dari demokrasi. Tapi apa yang legal belum tentu sesuai. Membakar buku yang suci bagi banyak orang adalah tindakan yang sangat tidak sopan,” cuit Kristersson.

Ia pun meminta maaf dan bersimpati pada seluruh umat Muslim di seluruh dunia. “Saya ingin mengungkapkan simpati saya untuk semua Muslim yang tersinggung dengan apa yang terjadi di Stockholm hari ini,” katanya.

3. Kemurkaan Turki

Mengutip Reuters, Kementerian Turki mendesak Swedia agar mengambil tindakan yang diperlukan untuk para pelaku, sekaligus mengundang semua negara untuk ambil langkah nyata melawan Islamophobia.

"Kami mengutuk sekeras mungkin serangan keji terhadap Kitab Suci kami ... Mengizinkan tindakan anti-Islam ini, yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci kami, dengan kedok kebebasan berekspresi yang sepenuhnya tak bisa diterima," tulis pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Turki.

Baca Juga: Tanggapi Ceramah Cak Nun, Pegiat Medsos: Padahal Dia Tokoh Agama

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menyebut hal yang sama dan memperingatkan Swedia agar tak mengharapkan dukungannya untuk bergabung dengan NATO usai kejadian tersebut, seperti diwartakan AFP.

"Jelas bahwa mereka yang menyebabkan aib seperti itu di depan kedutaan besar negara kita tidak dapat lagi mengharapkan kebaikan dari kita terkait permohonan mereka untuk menjadi anggota NATO," tambahnya.

4. Bukan Kali Pertama Bakar Al-Qur’an

Diketahui, Paludan yang berkewarganegaraan Swedia, pernah pula menggelar sejumlah aksi di masa lalu, plus aksinya membakar salinan Al-Qur’an pada April 2022. Aksi itu dilakukannya di Kota Linkoping, Swedia Selatan.

Rinciannya menurut Trtwoeld, Paludan yang didampingi oleh polisi pergi ke ruang publik terbuka di Linkoping selatan. Ia lalu meletakkan kitab suci Islam itu dan membakarnya sambil mengabaikan protes dari penonton.

Padahal, sekitar 200 demonstran berkumpul di alun-alun untuk memprotesnya. Insiden pecah usai polisi mengabaikan desakan kelompok itu untuk tak membiarkan aksi sang pemimpin rasis itu. 

Baca Juga: PBNU Imbau Tokoh Agama Jangan Jadi Juru Kampanye

Tak cuma itu, Paludan juga pernah membakar Al-Qur’an pada 2019 dengan membungkusnya dengan bacon lalu melemparkannya ke udara.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO