Menu


Cak Nun Klaim Jokowi Serupa Firaun, Amien Rais: Tidak Usah Lapor Polisi

Cak Nun Klaim Jokowi Serupa Firaun, Amien Rais: Tidak Usah Lapor Polisi

Kredit Foto: Suara.com

Konten Jatim, Jakarta -

Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais kembali angkat bicara mengenai viralnya pernyataan Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) beberapawa waktu lalu karena menyamakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Firaun.

Amien Rais pun mengatakan bahwa seorang tokoh yang sudah dimabuk kekuasaan sudah gegar otak karena bukan saja bermain seperti Tuhan, tetapi juga berani mengklaim dirinya Tuhan yang sesungguhnya.

Mantan pemimpin Partai Amanat Nasional (PAN) itu pun mengatkan bahwa Firaun memiliki sejumlah ratusan tukang sihir yang berfungsi sebagai penggerak dan paneror rakyatnya sekaligus semacam buzzer yang dapat bayaran tinggi.

Baca Juga: Kisahkan Sosok Firaun, Amien Rais: Bangun Kesatuan Elit Demi Kekuasaan

Para penyihir yang menjadi pola dupak, penjilat dan buzzer murahan itu memang bertanya pada Firaun menjelang pertarungan. Ratusan tukang sihir itu melawan Musa.

Hal ini kata dia sesungguhnya terjadi juga sampai zaman sekarang. Banyak berhubung kekuasaan yang absolut, menjilat kemudian meminta imbalan.

“Kira-kira mereka akan dapat berziweran di istana, diberi harga dirinya oleh Qorun waktu itu ya dan hidup Nista sepanjang masa,” ucapnya.

Pemerintahan Firaun kata dia menggunakan sistem penindasan yang biadab dan eksploitasi yang demikian tidak manusiawi. Dia juga menyebut, Firaun paling benci apabila melihat ada pendapat berbeda di kalangan rakyatnya. 

“Bisa sangat bengis dan kejam, dia (Firaun) memotong kaki dan tangan secara menyilang dan menyalip ratusan tukang sihir di tiang salib. Mengapa karena akhirnya berbeda pendapat dengan Firaun. Karena para tukang sihir itu juga menerima agama tauhid diajarkan oleh Musa dan Harun,” tambahnya.

Baca Juga: Apabila Cak Nun Dilaporkan Polisi Gegara 'Jokowi dan Firaun', Amien Rais: Saya Khawatir

Lebih jauh dia mengaitkannya dengan pernyataan Cak Nun yang menurut bisa dijadikan pelajaran.

“Ambil saja pesan moralnya. Jika ada yang menghujat kita dengarkan begitu pula, jika ada yang bersimpati, kita juga dengarkan, jadi ada baiknya tidak usah dilaporkan ke polisi karena kalau sedikit-sedikit masalah di laporkan ke polisi, saya khawatir nanti rakyat tidak berani lagi mengekspresikan pendapatnya gara-gara sudah bungkam ketakutan. Nah mungkin lonceng kematian demokrasi bertentang makin keras kalau hal ini terus saja berjalan tanpa henti namun Insya Allah tidak sampai ke sana,” tandasnya.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Fajar.