Menu


Bukan Masalah Etnis, Rocky Gerung Sebut Bentrok TKA-TKI PT GNI Morowali Dipicu Adanya Ketidakadilan

Bukan Masalah Etnis, Rocky Gerung Sebut Bentrok TKA-TKI PT GNI Morowali Dipicu Adanya Ketidakadilan

Kredit Foto: YouTube/Geolive

Konten Jatim, Surabaya -

Bentrok antara Tenaga Kerja Asing (TKA) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) pada Sabtu (14/1/2023) berujung tewasnya tiga orang pekerja.

Eks Dosen Filsafat Universitas Indonesia (UI), Rocky Gerung menyebut, kerusuhan tersebut bukan sekadar masalah etnis antara pekerja China dan pribumi sebagaimana desas-desus yang tersiar.

Baca Juga: Dulu Jadi Relawan Jokowi Hingga Dua Periode, Guntur Beberkan Alasan Lebih Pilih Ganjar Buat Jadi Presiden di 2024

“Jadi di latar belakang Morowali itu ada ketegangan modal di situ, bukan sekadar kecemburuan etnis di situ. Bahwa ini China Versus lokal, enggak. Di situ ada ketidak adilan yang dasarnya eksploitasi kapitalistik,” ungkapnya, dikutip dari Rocky kanal YouTube Gerung Official yang disiarkan pada Senin (16/1/2023).

Pendiri Setara Insitute ini bilang, bangsa ini sebenarnya bangsa yang toleran. Hal itu bisa dilihat di pasar-pasar, para penduduk lokal (pribumi) dan etnis China berdampingan menjajakan dagangannya.

Baca Juga: Kunjungi Ponpes Baitul Muqoddas, Ganjar Pranowo Sambung Silaturahmi Kawan Lama dan Para Santri

“Jadi kita lihat bangsa ini sebetulnya toleran, hanya bila terjadi ketidak adilan yang menyangkut perut maka terjadi ketegangan,” terangnya.

Lebih lanjut, ia bilang, kerusuhan yang terjadi di pabril nikel di Morowali Utara tidak terjadi di pasar-pasar, karena di sana tidak ada eksploitasi.

Baca Juga: Kunjungi Ponpes Baitul Muqoddas, Ganjar Pranowo Sambung Silaturahmi Kawan Lama dan Para Santri

Sedangkan pada industri strategis, seperti pabrik nikel, TKA cenderung terlihat lebih mewah, hidupnya lebih makmur. Itulah yang menyebabkan ketegangan sosial.

“Jadi bukan karena etnisitas, tapi karena ketidakadilan yang disebabkan oleh favoritisme negara kepada modal China dalam hal ini,” jelasnya.

Hal itu kata Rocky makin meruncing, melihat kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Presiden Jokowi misalnya, pada suatu kesempatan bilang pekerja Indonesia pemalas dan tidak bisa mengoperasikan teknologi. Tapi di sisi lain, malah mengimpor pekerja kasar.

Baca Juga: Cerita Masa Kecil Guntur Soekarnoputra Bersama Bung Karno, Seperti Teman hingga Main Koboi-koboian

“Tapi kenapa Jokowi mengimpor memasukkan tenaga kerja yang juga bisa dilakukan oleh anak Indonesia lokal. Jadi sopir, jadi pengangkut material segala macam. Itu yang menimbulkan kesenjangan pendapatan dan sekaligus potensi kerusuhan sosial,” pungkasnya.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024