Menu


Elektabilitas Ganjar Tertinggi di Survei, Pegiat Media Sosial Ini Bilang Begini, Katanya...

Elektabilitas Ganjar Tertinggi di Survei, Pegiat Media Sosial Ini Bilang Begini, Katanya...

Kredit Foto: Humas Pemprov Jateng

Konten Jatim, Jakarta -

Melalui akun Twitter pribadinya, pegiat media sosial Jhon Sitorus turut merespons hasil survei Litbang Kompas.

Hasil survei elektabilitas tersebut menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo adalah yang tertinggi di antara para calon lain.

Ganjar ada di urutan pertama dengan persentase 38,8 persen, sementara di urutan kedua ada Prabowo Subianto dengan 14 persen, di urutan ketiga ada Ridwan Kamil dengan 8,5 persen, dan di urutan terendah ada Anies Baswedan dengan 7,8 persen.

Pegiat media sosial Jhon Sitorus menanggapi hasil survei elektabilitas tersebut dengan berkomentar bahwa dipuji tidak terbang, dihina tidak tumbang.

Baca Juga: Walah, Relawan Ganjar Ini Kembali Buat Ulah, Kali Ini Cuitannya tentang Pintu Surga yang Dibuka Ikut Waktu Mana

Menurutnya, dari hasil survei elektabilitas tersebut, itu menunjukkan bahwa para generasi muda saat ini memilih calon presiden berdasarkan prestasi dan jiwa yang merakyat, dan bukan yang pura-pura merakyat.

Lebih lanjut, menurutnya, orang baik akan selalu ada di hati orang-orang yang baik.

Cuitan tersebut pun ditanggapi netizen dengan beragam.

Banyak juga warganet yang menyindir posisi Anies Baswedan yang berada di urutan terbawah dalam hasil survei elektabilitas tersebut.

Baca Juga: Calon-calon Pesaing Den Ganjar Mulai Diancam Kasus, Pak Jokowi Lagi Cemas?

"Ini pasti ada yg terbakar nih,coba saja,apalagi klo jagonya diposisi terbawah.." kata akun @Ardy***

"Waduh kok posisi Anies paling bawah? Pasti ini survey abal2. Anies kan punya banyak penghargaan, WTP 5 tahun ber turut2 harusnya posisinya di atas yg paling atas.." ujar akun @sebutsaja***

"Nanti kena sanksi lagi loh.. kan belum ada yang ngajak.. he.. he" kata akun @Yu***

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO