Menu


Sosok Raja Jayabaya, Penguasa Terbesar dan Terkemuka Kerajaan Kediri

Sosok Raja Jayabaya, Penguasa Terbesar dan Terkemuka Kerajaan Kediri

Kredit Foto: YouTube/Hindu Ensiklopedi Indonesia

Konten Jatim, Depok -

Sempat ada masa di mana Kerajaan Kediri menjadi kerajaan terbesar di Nusantara dan bahkan mempunyai wilayah dan aliansi dari kerajaan di negara-negara lain. Kerajaan Kediri pernah menjadi kerajaan yang paling berpengaruh di Tanah Air.

Keberadaan Kerajaan Kediri sempat disegani oleh lawan dan kawan, membuat mereka kerap berpikir ulang jika hendak mencari perkara dengan kerajaan ini. Kerajaan Kediri punya segalanya, mulai dari infrastruktur, sumber daya, dan militer.

Kejayaan Kerajaan Kediri tidak lepas dari sang pemimpin di masa itu, Raja Jayabaya, yang membawa kerajaan ini menguasai Nusantara.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 1): Proses Berdirinya Kerajaan Kediri

Sosok Raja Jayabaya

Melansir situs Pemerintah Kota Kediri dan sumber lain pada Jumat (18/8/2023), Raja Jayabaya memainkan peran penting dalam pengembangan dan penyatuan wilayah Kerajaan Kediri pada abad pertengahan. 

Dalam catatan sejarah, Jayabaya memerintah selama kurun waktu sekitar tahun 1135 M hingga 1157 M. Nama lengkapnya, Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa, menggambarkan kedudukan dan kebesaran yang dimilikinya.

Pada zaman pemerintahan Jayabaya, Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya. Prestasi militer yang mengesankan terlihat dari kemampuannya mengalahkan Kerajaan Jenggala dan menguasai seluruh takhta yang sebelumnya dikuasai Airlangga. 

Baca Juga: Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 2): Puncak Kejayaan Kerajaan Kediri

Keberhasilan ini menjadikan Jayabaya sebagai penguasa yang mampu mempersatukan tanah Jawa di bawah bendera Kediri. Bukti sejarah masa pemerintahan Jayabaya tertulis dalam prasasti-prasasti bersejarah seperti Prasasti Hantang (1135 M), Prasasti Talan (1136 M), dan Prasasti Jepun (1144 M).

Tidak hanya itu, karya sastra juga menjadi warisan penting dari era ini, terutama dalam bentuk kakawin Bharatayuddha (1157 M). Selain prestasinya di ranah politik dan militer, Jayabaya juga memiliki sisi spiritual dan budaya yang kaya. 

Dalam berbagai sumber sejarah seperti Babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa, Jayabaya disebutkan sebagai titisan Dewa Wisnu. Ia memimpin kerajaan bernama Widarba, dengan pusat pemerintahan di Mamenang.

Silsilahnya yang tercatat dalam legenda memberikan gambaran tentang asal-usulnya. Ayah Jayabaya adalah Gendrayana, keturunan Yudayana, yang berasal dari garis keturunan Pandawa dalam epik Mahabharata.

Dalam urusan keluarga, Jayabaya memiliki permaisuri bernama Dewi Sara. Dari pernikahannya dengan Dewi Sara, Jayabaya memiliki empat orang anak: Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni, dan Dewi Sasanti. 

Baca Juga: Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 3): Runtuhnya Kerajaan Kediri

Jayaamijaya merupakan tokoh yang mengawali garis keturunan raja-raja di tanah Jawa, termasuk era Kerajaan Majapahit dan Kemaharajaan Mataram Islam. Sedangkan Dewi Pramesti menikah dengan Astradarma, raja dari Yawastina, dan melahirkan Anglingdarma, raja Malawapati.

Namun, kehidupan Jayabaya juga dikenal dengan misteri. Ia turun takhta pada usia tua dengan cara yang tidak biasa, yakni dengan muksa atau menghilang tanpa meninggalkan jasad. Tempat petilasan Jayabaya, Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri, masih dihormati hingga saat ini.

Selain sebagai seorang penguasa, Jayabaya dikenal atas ramalannya yang terkenal, Jangka Jayabaya. Ramalan ini dianggap memiliki kaitan dengan masa depan Nusantara hingga saat ini.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 4): 6 Peninggalan Kerajaan Kediri yang Bersejarah

Kepemimpinannya yang berhasil mengatasi tantangan politik dan militer, bersama dengan warisannya yang kaya dalam bentuk prasasti dan karya sastra, menjadikan Jayabaya sebagai figur yang patut dihormati dan diingat dalam perjalanan panjang sejarah Indonesia.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO