Menu


Mengenal Cake, Hidangan Khas Saat Hajatan di Sumenep

Mengenal Cake, Hidangan Khas Saat Hajatan di Sumenep

Kredit Foto: Situs Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

Konten Jatim, Jakarta -

Berkunjung ke suatu daerah tanpa menyicipi makanan dan minuman khas daerah tersebut tampaknya terasa kurang afdal.

Wisata kuliner memberi kita kesempatan untuk eksplorasi makanan dan minuman khas daerah tersebut. Hal ini juga akan memperkaya pengetahuan kita mengenai daerah tersebut.

Tak hanya itu, berwisata kuliner juga bakal menjadi pengalaman yang berharga dan yang tak ternilai, serta memanjakan lidah.

Berbicara soal wisata kuliner, apabila kamu tengah berkunjung ke Sumenep, ada makanan khas di sana yang wajib kamu coba, yakni cake.

Baca Juga: Klepon Bulang, Jajanan Tradisional Khas Sidoarjo yang Kenyal

Mengenal Cake Khas Sumenep

Cake adalah makanan khas dari Sumenep. Cake biasanya menjadi hidangan yang khas disajikan saat hajatan sebagai makanan pembuka sebelum nasi.

Dalam tradisi di Sumenep, biasanya terdapat lima tahapan hidangan yang disajikan dalam pesta perkawinan, yakni: minum, snack, cake, nasi goreng, dan es.

Cake secara tampilan memang mirip seperti capcay, namun yang membedakan adalah tekstur kuahnya lebih kental, warnanya lebih mencolok, dan isian yang lebih banyak.

Rasa dari cake ini adalah manis dan gurih, cocok disantap saat hujan dan saat makanannya masih hangat.

Untuk seporsi cake ini sendiri terdapat beragam isian, di antaranya yakni sayur-sayuran, sosis, lidah sapi, udang hingga daging dan jeroan ayam. Isian tersebut lalu dibaluri kuah kental yang rasanya kaya dengan rempah, dan dilengkapi toping kentang goreng super tipis.

Sejarah Cake Khas Sumenep

Cake khas Sumenep pertama kali dibuat di tahun 1972 oleh Ibu Amaningsih.

Kala itu Ibu Amaningsih masih berusia 25 tahun. Ia mengetahui cara membuat cake dari hasil kursus di IDHATA (Ikatan Dharma Wanita) Kota Sumenep.

Guru yang mengajarkan Ibu Amaningsih membuat cake adalah Ibu Sadiq, yang merupakan seorang guru SKP (Sekolah Kepandaian Putri) Sumenep saat itu.

Suami Ibu Amaningsih, Bapak Imam, merupakan seorang pegawai di Kantor Bimas, Kabupaten Sumenep.

Sebagai seorang istri dari pegawai kantor Bimas di mana sang suami sering dipindahtugaskan ke wilayah-wilayah kecamatan se-Kabupaten Sumenep, Ibu Amaningsih juga selalu mengikuti suaminya bertugas ke daerah-daerah itu.

Di tempat suaminya bertugas, Ibu Amaningsih menjadi pembina PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Dalam organisasi itu, Ibu Amaningsih mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada ibu-ibu di daerah tersebut, termasuk ilmu membuat cake.

Keahliannya dalam membuat cake itu dikenal di seantero Kota Sumenep. Oleh karenanya, Ibu Amaningsih kerap dimintai tolong oleh orang yang ingin menyelenggarakan perkawinan untuk dibantu dibuatkan makanan cake itu.

Kala itu, setiap orang yang menggelar acara pernikahan selalu menyajikan menu istimewa cake sebagai makanan pembuka sebelum nasi.

Hal inilah yang menjadi cikal bakal makanan ini jadi hidangan khas saat hajatan perkawinan di Sumenep.

Bahan-bahan untuk Membuat Cake

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat makanan cake di antaranya yakni daging ayam kampung, lidah sapi, bakwan udang, dengan sayuran berupa wortel, kol, brokol, dan kentang, dengan bumbu berupa mentega, tomat (saus tomat), bawang putih, bawang merah, lada, daun prey, dengan kuah berupa air rebusan tulang ayam kampung.

Baca Juga: Mengenal Rujak Cingur, Makanan Khas Surabaya dari Irisan Moncong Sapi yang Direbus

Harga Cake

Harga cake berkisar Rp25,000 untuk satu porsinya. Tentunya harganya cukup terjangkau dan tak membuat kantong jebol.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO