Menu


Pengertian Isra Mikraj dalam Islam: Kronologi dan Tujuan Pelaksanaan

Pengertian Isra Mikraj dalam Islam: Kronologi dan Tujuan Pelaksanaan

Kredit Foto: Freepik/Rawpixel

Konten Jatim, Depok -

Sepanjang sejarah penyebarannya, Agama Islam mempunyai berbagai peristiwa menarik. Kejadian-kejadian di masa lampau inilah yang pada akhirnya membentuk Agama Islam seperti yang umat Islam ketahui di era sekarang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa peristiwa menarik terjadi di masa Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah peristiwa Isra Mikraj, yang membuat peribadatan para Muslim menjadi seperti yang mereka laksanakan saat ini.

Apa sebenarnya yang terjadi dalam Isra Mikraj? Berikut pengertian Isra Mikraj dan kronologinya, mengutip Republika pada Kamis (10/8/2023).

Baca Juga: Pengertian Rasul: Definisi, Tugas, dan Perbedaannya dengan Nabi

Pengertian Isra Mikraj

Isra Mikraj adalah peristiwa yang signifikan dalam sejarah Agama Islam, diperingati oleh para Muslim setiap tanggal 27 Rajab dalam kalender Hijriyah. Peristiwa ini memiliki arti penting karena menandai perjalanan ajaib yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang mencerminkan kedekatannya dengan Allah dan misi kenabiannya.

Isra dan Mikraj adalah dua fase berbeda dari perjalanan yang luar biasa ini. Isra mengacu pada perjalanan malam dari Makkah ke Masjid al-Aqsa di Yerusalem, sementara Mikraj mengindikasikan peningkatan dari Masjid al-Aqsa melalui langit-langit ke titik tertinggi, di mana Nabi Muhammad berdialog dengan Allah SWT. 

Peristiwa Mikraj juga menandai kewajiban salat lima waktu sehari semalam. Selama Mikraj, Nabi Muhammad SAW menyaksikan surga dan neraka secara langsung, mendapatkan wawasan terkait penghuninya. Rasulullah SAW juga sempat berjumpa dengan para Rasul pendahulu-Nya.

Baca Juga: Pengertian Nabi dalam Islam: Definisi, Etimologi, dan Jumlahnya

Setelah pengalaman yang mendalam ini, beliau kembali ke Makkah pada malam yang sama dengan malam keberangkatannya. Perjalanan spiritual ini memberinya kekuatan moral dan emosional yang besar, menginspirasinya untuk melanjutkan misi kenabiannya bahkan dalam situasi sulit.

Dalam periode yang ditandai oleh dukacita pribadi, termasuk meninggalnya sang paman, Abu Thalib dan istri pertamanya, Khadijah, serta tantangan yang dihadapi selama perjalanan ke Thaif, Allah memilih untuk menghormati dan mengangkat Nabi-Nya yang tercinta. 

Allah SWT mendedahkan tanda-tanda-Nya kepada Nabi Muhammad untuk memperkuat kepercayaan dan ketergantungannya pada Allah.

Tampilkan Semua Halaman