Setelah Jakarta International Stadium (JIS) diisukan siap menggantikan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) untuk menyelenggarakan Piala Dunia U-17, banyak pihak menyebut kalau stadion yang dibangun di era Gubernur Anies Baswedan ini punya masalah.
Menyadur Fajar pada Sabtu (1/7/2023), Presiden Jokowi menginginkan agar JIS direnovasi sesuai standar FIFA. Tujuannya tidak lain untuk memasukkan JIS sebagai calon venue Piala Dunia U-17 2023 dimana Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah yang berlangsung pada 10 November sampai 2 Desember 2023.
Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan Gilbert Simanjuntak menegaskan bahwa JIS hanya menjadi agenda kampanye murahan Anies Baswedan.
Baca Juga: Relawan Ganjar Sebut JIS Sebagai Produk Gagal Anies, Heran Kenapa Pendukungnya Tidak Terima
Alih-alih dijadikan stadion olahraga seperti sepak bola, Gilbert menyebut Eks Gubernur DKI Jakarta tersebut malah mengalihfungsikan JIS menjadi venue agenda lain seperti konser musik agar tidak malu.
"Dia mungkin juga tahu berbahaya digunakan. Jadi daripada saya malu, ke kegiatan yang tidak berfungsi peruntukannya. Mungkin kita juga nggak tahu kenapa dia lebih memilih itu atau kampanye murah nggak tahu juga," ucap Gilbert kepada wartawan, Jumat (30/6/2023).
Sedari awal kata Gilbert, PDIP sebagai partai oposisi pemerintahan Anies kala itu telah berulang kali mengingatkan bahwa JIS bukan untuk tempat konser musik atau kegiatan sosial lainnya."Itu tempat olahraga, konser musik bisa saja di Ancol. Bisa di mana saja gitu," tandasnya.
Karena dianggap tidak layak dan menimbulkan banyak catatan penting perihal pintu dan area parkir, sehingga kegiatan olahraga dilakukan di Stadion Gelora Bung Karno (GBK). "Kan lu yang menggunakan itu untuk kegiatan sosial kan Anies. Sampai akhirnya lupa fungsi utamanya," cetusnya.
Sebelumnya Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyatakan, ada beberapa catatan kendala bagi JIS untuk dijadikan venue Piala Dunia U-17. Ia mengantisipasi kejadian di Stadion Kanjuruhan terulang lagi.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO