Menu


Zulhas Wanti-wanti Soal Cebong dan Kampret Jelang Pilpres: Tak Boleh Ada Lagi!

Zulhas Wanti-wanti Soal Cebong dan Kampret Jelang Pilpres: Tak Boleh Ada Lagi!

Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A

Konten Jatim, Jakarta -

Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional, Zulkifli Hasan mengklaim Pemilu 2024 adalah pesta demokrasi yang sangat penting, dinamis, dan stragis. Disebut penting karena pemilu tersebut akan menetapkan para anggota legislatif dan eksekutif secara bersamaan.

Karena itu, lanjut Menteri Perdagangan ni, tidak heran kalau pelaksanaannya sangat dinamis karena diikuti oleh banyak calon yang sangat kompetitif. Sementara hasil pemilu tersebut sangat strategis karena akan sangat menentukan perjalanan bangsa Indonesia 5 bahkan 10 tahun ke depan.

Baca Juga: Drone Emprit: Penggunaan Istilah ‘Cebong’ dan ‘Kadrun’ Belum Hilang

"Lihat saja, para calon legislatif hari ini sudah ramai yang mendaftar di berbagai partai. Begitu juga dengan calon presiden dan wakil presiden sudah banyak dimunculkan. Dan di tingkat daerah, para calon kepala daerah juga sudah mempersiapkan diri untuk berkontestasi bulan November 2024 nanti," ujar Zulkifli Hasan yang biasa disapa Zulhas dalam siaran persnya, Senin (15/5/2023).

Menurut Zulhas, di negara demokrasi, fenomena itu adalah hal yang lumrah. Sebab, setiap orang berhak untuk memilih dan dipilih. Semua orang sama di mata hukum dan pemerintahan. Wajar jika mereka yang berminat dan punya talenta politik ikut meramaikan bursa kepemimpinan dalam pemilu tersebut.

Namun demikian, kontestasi dan pertarungan politik yang akan berjalan harus diberi catatan. Pertama, pesta demokrasi itu harus dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Seluruh pelaksana pemilu harus netral dan tidak berpihak. Seluruh kontestan harus diperlakukan sama.

Kedua, seluruh anggota masyarakat diharapkan dapat membantu dan berkontribusi dalam menjaga keteduhan, ketertiban, dan keamanan penyelenggaraan pemilu. Tidak boleh ada yang meremehkan, melecehkan, dan mencerca pihak lain. Semua harus tetap berpandangan bahwa pemilu dilaksanakan untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI.

"Tidak boleh ada lagi istilah kampret dan cebong. Itu adalah kata-kata yang tidak baik. Tidak mendidik. Berpotensi memecah belah persatuan," ujar Zulkifli.

Ketiga, kalaupun ada perdebatan, itu harus diarahkan pada adu gagasan dan pemikiran. Gagasan dan pemikiran bagaimana membangun Indonesia lebih baik di masa depan. Menawarkan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Dengan begitu, masyarakat dapat menentukan pilihan berdasarkan kemampuan dan kualifikasi para kandidat yang bertanding.

Baca Juga: Jika Anies-Ganjar Diduetkan, Polarisasi Cebong dan Kampret Bakal Selesai, Medsos Tak Ada Bahan Gorengan

Keempat, seluruh kontestan diharapkan dapat mengikuti  tahapan pemilu yang didasarkan pada aturan UU dan ketentuan lain yang telah ditetapkan. Ketentuan-ketentuan yang dibuat hendaklah konsisten dan tidak berubah-ubah. Sebab, kalau ada inkonsistensi akan berimplikasi bagi parpol dalam merapikan barisan seluruh kader dan simpatisannya di daerah-daerah.

Zulhas berharap  pemilu kali ini akan berkualitas. Para pemimpin terpilih dapat melanjutkan pembangunan dan melengkapi capaian-capaian yang telah diperoleh selama ini. "Pemilu itu harus teduh. Santai dan gembira. Hindari ketegangan dan potensi gesekan di tengah masyarakat. Karena, pemilu adalah milik semua," tambah Zulkifli.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Republika.