Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marvest), Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan perjuangan untuk mewujudkan subsidi kendaraan listrik di Tanah Air.
Menurutnya, karena mendorong terealisasinya kebijakan itu, tidak jarang dirinya harus berkelahi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Dalam hal ini, Luhut mempertahankan kebijakan tersebut demi menekan emisi karbon.
Baca Juga: Fenomena Gunung Es, Pengamat Sebut Korupsi Kereta Api Bisa Bak Skandal Rp 349 T Kemenkeu
"Electric vehicle (EV) itu saya dorong habis-habisan. Saya kadang berkelahi dengan Kemenkeu. Mereka bilang, 'wah ini insentif'. Ini kan carbon emission harus kita dorong, kasih insentif juga. Kita harus secepat mungkin membuang bus, sepeda motor, sama mobil yang karbon emisinya tinggi," kata Luhut, mengutip fajar.co.id, Rabu (10/5/2023).
Luhut juga menjelaskan bahwa sebenarnya mudah bagi Indonesia untuk menerapkan kebijakan subsidi kendaraan listrik. Pasalnya, Indonesia tinggal mengikuti benchmark, yakni Vietnam dan Thailand.
"Gampang kok, benchmark saja dengan Thailand atau Vietnam. Kalau Vietnam Thailand bisa kasih, masa kita enggak bisa?" tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan melemparkan kritik kepada pemerintah soal kebijakan subsidi kendaraan listrik. Menurutnya, kebijakan tersebut bukan solusi untuk menghadapi tantangan masalah lingkungan hidup.
Pernyataan itu disampaikan Anies kepada ribun pendukungnya melalui pidato politik dalam deklarasi dukungan dari Relawan Amanat Indonesia (Anies) di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu 7 Mei 2023.
"Kita menghadapi tantangan lingkungan hidup, itu menjadi kenyataan bagi kita. Solusi menghadapi masalah lingkungan hidup apalagi soal polusi udara bukanlah terletak di dalam subsidi untuk mobil listrik yang pemilik mobil-mobil listriknya adalah mereka-mereka yang tidak membutuhkan subsidi," ujar Anies Baswedan.
Anies juga menilai, bahwa kebijakan subsidi mobil listrik justru tidak menjadi solusi atas permasalahan lingkungan. Sebab menurutnya, emisi karbon yang dikeluarkan mobil listrik justru lebih tinggi daripada emisi karbon dari bus dengan bahan bakar minyak (BBM).
Selain itu, kata Anies, mobil listrik justru akan menambah kemacetan di jalan. Terlebih jika yang diperbanyak adalah mobil listrik pribadi, bukan kendaraan listrik untuk transportasi umum dan kendaraan logistik.
"Kenapa itu bisa terjadi? Karena bisa memuat orang banyak sementara mobil memuat mobil sedikit. Ditambah lagi pengalaman kami di Jakarta bahwa kendaraan pribadi berbasis listrik, dia tidak akan mengganti mobil di garasinya, tetapi menambah mobil di jalanan menambah kemacetan di jalan," pungkas Anies.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024