Bakal calon presiden Anies Baswedan kerap disangkutpautkan dengan politik identitas. Ia beberapa kali menyebut politik identitas tidak bisa dihindari.
Contoh yang ia berikan adalah misal calon yang bersaing adalah laki-laki dan perempuan, maka akan ada isu gender. Sama halnya jika ada calon berbeda suku atau agama, maka akan ada isu perbedaan suku atau agama.
Pengamat politik yang juga founder Cyrus Network, Hasan Nasbi, menyorot pernyataan itu. Menurutnya, pihak Anies masih melihat politik identitas sekadar perbedaan yang muncul.
Padahal, politik identitas lebih luas dari sekadar perbedaan. Hasan Nasbi memberi contoh ketika Pilpres 2019, ketika semua calon merupakan Muslim namun masih timbul politik identitas.
"Kalau tesis mas Anies enggak bisa saya terima kalau ada perbedaan baru muncul politik identitas. (Pilpres) 2019 apa perbedaan identitasnya? Prabowo-Sandi Muslim, Pak Jokowi-Kiai Maruf Muslim, ada kiai lagi. Tapi tetap ada politik identitas," ujar Hasan Nasbi, mengutip video yang diunggah di kanal YouTube Zulfan Lindan Unpacking Indonesia, Kamis (27/4/2023).
Hasan melanjutkan, ketika Pilpres 2019, Jokowi-Maruf jadi representasi non-Muslim, sedangkan Prabowo-Sandi jadi representasi Islam. Padahal kedua pasang tersebut sama-sama memeluk agama Islam.
Dengan demikian, menurut Hasan pendapat Anies soal politik identitas bisa terbantahkan. Bahkan politik identitas muncul dari label yang diinginkan salah satu pihak.
"Jadi politik identitas itu enggak ada urusannya ketika kita berbeda kemudian muncul, enggak. Karena keinginan ketika label 'oh Islam Prabowo-Sandi yang bener kalau orang Islam dukung Jokowi-Ma'ruf berarti enggak bener' kan gitu labelnya," jelas Hasan Nasbi.
"Begitu juga kalau Mas Anies karena dia lost dengan suku, kalau dia main politik identitas Islam, yang bener yang dukung Anies, kalau dukung bukan Anies Islam-nya enggak bener, akan begitu lagi, kapan kita majunya," pungkasnya.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan