Menu


Bagaimana Puasa dan Shalat Dalam Perjalanan Mudik? Ini Penjelasan Buya Yahya

Bagaimana Puasa dan Shalat Dalam Perjalanan Mudik? Ini Penjelasan Buya Yahya

Kredit Foto: Antara/Fakhri Hermansyah

Konten Jatim, Jakarta -

Dalam salah satu kesempatan, Buya Yahya mendapat pertanyaan bagaimana cara menunaikan shalat dalam perjalanan jauh atau mudik. Selain itu, apakah boleh meneruskan puasa jika kuat? 

Buya Yahya menjawab, Allah tidak pernah mempersulit hamba-Nya dalam beribadah. Dalam perjalanan jauh, diperbolehkan qashar atau jama' shalat. Meski demikian hukumnya tidak wajib. 

Baca Juga: Memahami Tradisi Mudik dalam Agama Islam: Mempererat Tali Persaudaraan

"Kalau kita dalam perjalanan ada kemudahan dari Allah untuk qashar shalat kalo tujuannya 84 kilometer. Qashar shalat tidak wajib dalam mazhab kita, kecuali mazhab Abu Hanifa. Qashar adalah sunnah, bagi orang perjalanannya jauh agar menjalankan ibadah mudah, maka ambil sunah-sunah seperti qashar atau jama," ujar Buya Yahya, mengutip video yang diunggah di kanal YouTube Al Bahjah TV, Jumat (14/4/2023). 

Buya Yahya melanjutkan kemudahan juga berlaku saat berpuasa. Jika tujuan kotanya sejauh 84 km dan dirasa tidak kuat berpuasa, maka diizinkan buka puasa. Nantinya diganti dengan puasa qadha. 

"Termasuk puasa adalah kemurahan dalam allah kalau kita dalam perjalanan dengan dua catatan. Pertama sebelum shubuh sudah keluar dari kampung, kedua tujuannya 84 km, boleh berbuka puasa. Boleh, bukan harus," tambah Buya Yahya. 

Baca Juga: Ustaz Adi Hidayat: Puasa Merupakan Waktu untuk Mendekatkan Diri Kepada Allah

Jika ditanya mana yang lebih bagus tetap puasa atau buka puasa, Buya Yahya menyebut bahwa senyaman orang itu. Kalau merasa puasa berat dalam perjalanan jauh tersebut maka berbukalah.

"Kalau nyaman (berpuasa) ya lanjutkan. Jadi suka-suka, tapi ingat berbuka bukan wajib kecuali sakit, pingsan, kalau paksa puasa, dosa. Karena dia yang tahu keadaan dirinya," pungkas Buya Yahya.