Sudah menjadi rahasia umum bagi umat Islam untuk melakukan hal-hal bersifat baik. Salah satu bentuk kebaikan ini adalah membela yang benar dan mengatakan tidak kepada sesuatu yang sudah pasti salah. Meskipun terdengar mudah, kenyataannya hal ini tidak mudah.
Perlu keberanian bagi seorang Muslim untuk mau menyuarakan hal yang benar dan menolak hal-hal salah baik dari segi moral maupun segi keagamaan. Terlebih, jika mereka berhadapan dengan banyak penentang.
Sifat keberanian ini bisa disebut dengan pepatah dalam Bahasa Arab, yakni amar ma'ruf nahi munkar. Menyadur laman resmi Nahdlatul Ulama (NU) pada Rabu (12/4/2023), berikut informasi mengenai apa itu amar ma'ruf nahi munkar.
Baca Juga: Sistem dan Hukum Nasab dalam Islam, Harus Tahu!
Apa Itu Amar Ma'ruf Nahi Munkar?
Dalam Bahasa Arab, pepatah amar ma'ruf nahi munkar ini memiliki istilah lebih lengkap, yakni "al-amr bi-l-maʿrūf wa-n-nahi-munkar". Dijelaskan dalam ilmu fikih klasik, frasa ini memberi perintah bagi umat Islam untuk menegakkan yang benar dan melarang yang salah.
Jika berbicara lebih spesifik, amar ma'ruf nahi munkar berarti menegakkan agama dan kemaslahatan di tengah-tengah umat. Tandanya, seseorang harus berani menyatakan apa yang memang benar dan dibela dalam Agama Islam dan menolak ajaran yang salah.
Seperti yang tadi sudah dijelaskan, amar ma'ruf nahi munkar menjadi sulit dilakukan jika banyak umat yang sudah terlanjur membela yang salah. Dan sebaliknya, frasa ini justru akan semakin mudah diperbuat dalam lingkungan sendiri.
Baca Juga: 5 Amalan Malam Lailatul Qadar bagi Umat Islam Agar Dapat Berkah
Meskipun sulit, nyatanya banyak orang yang tetap memaksakan menerapkan amar ma'ruf nahi munkar, padahal kondisinya tidak dalam keadaan sanggup atau lebih buruk, tidak memahami betul konteks kenapa keburukan terjadi di tengah masyarakat.
Padahal, akan lebih baik jika orang tersebut tidak memaksakan kemampuan untuk menegakkan keadilan dan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan sendiri. Lebih dari itu, memahami masalah sampai ke akar adalah sesuatu yang amat dianjurkan jika ingin menerapkan amar ma'ruf nahi munkar.
Dengan demikian, di sini dijelaskan bahwa amar ma'ruf nahi munkar memiliki hukum fardhu kifayah yang artinya harus dilakukan jika tidak ada Muslim lain yang melakukan. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar bisa dilakukan secara berkelompok alih-alih secara individu.
Baca Juga: Inilah 5 Keistimewaan Malam Lailatul Qadar bagi Umat Islam
Hadits Tentang Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Amar ma'ruf nahi munkar ini dijelaskan dalam beberapa hadits Nabi Muhammad SAW. Hadits-hadits ini berisikan beberapa penjelasan terkait menumpas kemungkaran yang ada di kalangan umat Islam. Berikut penjelasannya:
Baca Juga: Apa Itu Manthiq? Ilmu Logika dan Filsafat dalam Islam
1. Hadits Pertama
حَدَّثَنَا عَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْعَظِيمِ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجُرَشِيُّ الْيَمَامِيُّ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو زُمَيْلٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ مَرْثَدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ وَجَابِرٍ وَحُذَيْفَةَ وَعَائِشَةَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَأَبُو زُمَيْلٍ اسْمُهُ سِمَاكُ بْنُ الْوَلِيدِ الْحَنَفِيُّ
Artinya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah, engkau berbuat ma'ruf dan melarang dari kemungkaran juga sedekah, engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah, engkau menuntun orang yang berpenglihatan kabur juga sedekah, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan merupakan sedekah, dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu juga sedekah." (Hadits Jami' At-Tirmidzi No. 1879)
2. Hadits Kedua
أَبِي سَعِيدٍ وَعَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَأَى مُنْكَرًا فَاسْتَطَاعَ أَنْ يُغَيِّرَهُ بِيَدِهِ فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ وَقَطَعَ هَنَّادٌ بَقِيَّةَ الْحَدِيثِ وَفَّاهُ ابْنُ الْعَلَاءِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ بِلِسَانِهِ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
Artinya: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran lalu ia mampu mengubahnya dengan tangan, hendaklah ia ubah kemungkaran tersebut dengan tangannya. Jika ia tidak mampu hendaklah dengan lisannya, jika tidak mampu dengan lisan hendaklah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (Hadits Sunan Abu Dawud No. 3777)
3. Hadits Ketiga
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو أُسَامَةَ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ قَالَ قَامَ أَبُو بَكْرٍ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ تَقْرَءُونَ هَذِهِ الْآيَةَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ } وَإِنَّا سَمِعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ لَا يُغَيِّرُونَهُ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابِهِ قَالَ أَبُو أُسَامَةَ مَرَّةً أُخْرَى فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
Artinya: “Abu Bakar berdiri sambil bersyukur kepada Allah dan memuji-Nya, kemudian dia berkata, "Wahai sekalian manusia, kalian membaca ayat ini '(Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk) ' (Qs. Al Maidah: 105), dan sesungguhnya kami mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya manusia apabila melihat kemungkaran, kemudian mereka tidak merubahnya dikhawatirkan Allah akan meratakan azab-Nya kepada mereka." Sekali waktu Abu Usamah menyebutkan, "Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda." (Hadits Sunan Ibnu Majah No. 3995)