Menu


Kasihan Petani, Pemerintah Diminta Tak Buru-buru Impor Beras

Kasihan Petani, Pemerintah Diminta Tak Buru-buru Impor Beras

Kredit Foto: Istimewa

Konten Jatim, Jakarta -

Pemerintah berencana melakukan impor beras sebanyak 2 juta ton. Adapun alasannya adalah karena serapan gabah di petani belum bisa memenuhi stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengatakan, saat ini justru petani merasa kebingungan karena pengusaha atau tengkulak yang biasa menyerap gabah mengalami dilema. Mereka takut ketika menyerap banyak gabah dari petani justru pemerintah malah melakukan impor beras.

Baca Juga: Pemerintah Berencana Impor Beras, Andi Sinulingga: Katanya Sudah Banyak Cetak Sawah Baru

“Sehingga ketika dia beli dengan harga cukup tinggi, begitu impor harus jual dengan harga rendah. Kondisi psikologis ini harus diselesaikan agar gabah petani terserap dan penyerapnya punya kepastian apakan ini mau impor atau enggak, kalau impor berapa, dan kalau impor apa yang akan dilakukan. Sehingga psikologis ini membuat petani mengalami problem penjualan,” ujarnya.

Permasalahan lain, kata Kang Dedi, saat ini petani seolah menjalankan produksi sendiri tanpa adanya pendampingan. Sebab selama ini minim sekali petugas yang turun ke lapangan memberikan bimbingan pada petani untuk meningkatkan produktivitas.

Salah satu penyebab tak ada petugas pendamping adalah masih rendahnya gaji para PPL. Sehingga mereka tak memiliki motivasi bekerja, ditambah dengan penurunan pengetahuan PPL karena terus berkembangnya dunia pertanian yang tak dibarengi dengan pelatihan memadai.

“Ini problem yang harus dibenahi pada sistem pertanian kita,” ucap Kang Dedi.

Di sisi lain, Kang Dedi juga menyoroti pemerintah dalam hal ini BPS yang selalu membuat branding bahwa petani padi harus terus miskin. Ketika panen tinggi harga dibuat murah dan saat panen raya justru muncul kebijakan impor.

Baca Juga: Jokowi Larang Bisnis Thrifting, Pedagang Baju Bekas Impor: Kita Sudah Berjualan 20 Tahun, Kenapa Baru Ramai Sekarang?

“Kemudian masuk desain berpikir kenaikan sekian kilogram beras berdampak pada inflasi. Kalau mau lebaran yang diomongin inflasi pasti beras, cabai, bawang, tapi harga pakaian naik tidak dianggap inflasi, harga sewa mobil naik tidak dianggap inflasi, ini kan branding yang diarahkan untuk petani kita menjadi kelompok marginal yang selamanya akan miskin,” katanya.

“Walaupun mereka miskin dari segi statistik BPS, hidupnya jauh lebih berkah dibanding yang tinggi pendapatannya. Karena sampai hari ini tidak ada petani yang berduyun-duyun datang ke DPR demo menuntut nasib mereka,” sambung Kang Dedi.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Tampilkan Semua Halaman

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Akurat.