"Seperti di masa-masa yang lalu, jadi tentu banyak hal yang kita bicarakan. Tadi juga hadir Pak Yusuf Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 yang juga Ketua Umum Partai Golkar dan pada waktu itu dewannya adalah pak Surya Paloh. Jadi kita mengingat masa-masa indah," ujar Airlangga.
Dengan pertemuan itu, Airlangga berharap hubungan NasDem dan Golkar terus terjalin.
Baca Juga: Lewat Pantun, PKS Ajak Golkar Bergabung dengan Koalisi Perubahan
"Ke depan berharap hubungan Partai Nasdem dan Partai Golkar selalu terjalin. Dan kebetulan Partai Golkar sebagai salah satu partai paling tua, tentu harus terbuka terhadap seluruh partai yang ada," katanya.
Ditegaskannya, antara Golkar dan NasDem sudah tidak memiliki sekat, hal itu dibuktikan dengan silaturahmi buka bersama yang dihadirinya.
Diketahui, acara buka puasa bersama di markas Partai NasDem itu juga dihadiri Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi, Wakil Ketua Umum PPP Rusli Effendi hingga Jusuf Kalla.
Sementara itu, pengamat politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam memandang, acara buka puasa bersama di NasDem Tower yang dihadiri Airlangga Hartarto bisa dipilah atau dilihat dalam dua elemen.
Pertama, pertemuan internal Koalisi Perubahan yang sudah klir terbuka menandatangani Piagam Koalisi, hal itu menjadi penegasan adanya sebuah konsolidasi ulang tiga partai yakni NasDem, PKS dan Demokrat.
"Kemudian kedua adalah ketika ada Ketum Golkar dan perwakilan dari PPP yang hadir, maka itu berpotensi bisa dibaca menjadi upaya komunikasi tingkat lanjut," ujar Ahmad Khoirul sebagaimana dipantau dalam tayangan di kanal Youtube CNN Indonesia, Minggu (26/3/2023).
Menurut Ahmad, komunikasi yang dilakukan Golkar memungkinkan hal itu terjadi. Terutama jika ada dua hal. Pertama, ada manuver yang dilakukan oleh PAN dan PPP di luar kendali Golkar.
"Ketika PAN dan juga PPP memunculkan narasi Ganjar-Erick dan kemudian Ganjar-Sandi, maka seolah-olah kemudian itu menjadi warning bagi Golkar sendiri untuk mengatur ulang skema koalisi, karena yang diharapkan Golkar tentu sesuai amanat Munas tentu memunculkan Pak Airlangga sebagai kontestan baik capres maupun cawapres di Pilpres 2024 mendatang," tutur Ahmad.
Maka, kata dia, yang bisa dilakukan oleh Golkar dengan tidak disiplinnya PAN dan PPP, maka perlu ada penjajakan dan komunikasi untuk membuka ruang potensi koalisi baru. Sehingga membuka kemungkinan ada alternatif ke depan.
Kemudian kedua, menurut Ahmad, terkait basis data. Di mana dari sejumlah survei, ada kecenderungan, meski tidak mayoritas tetapi cukup besar, basis pemilih loyal Golkar justru memilih Anies Baswedan.
"Tentu hal ini perlu didiskusikan bahkan diperdebatkan," kata Ahmad.
Ahmad berasumsi yang menyebabkan itu adalah banyaknya aktivis dari Golkar termasuk dalam struktur Golkar, mereka berasal dari jaringan HMI. Oleh karena itu, KAHMI sendiri menjadi elemen yang cukup lengkap memberikan dukungan kepada Anies, dan besar kemungkinan kemudian termanifestasikan kepada sel-sel politik yang berada di dalam struktur Golkar itu sendiri.
"Pertanyaannya sekarang, apakah Golkar mau menerima menjadi sebagai partai pendatang. Karena bagaimanapun juga piagam Koalisi Perubahan sudah ditandatangani tiga partai. Kalau kemudian masuk, maka Golkar sifatnya menjadi makmum, nah dari Golkar selama ini berusaha menjadi imam, apakah kemudian ini Golkar siap menjadi makmum dalam konteks koalisi, kita cermati ke depan," tutur Ahmad.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024