Dalam ilmu hadits, matan ialah perkataan yang disebut pada akhir sanad, yaitu sabda Nabi SAW yang disebut setelah selesai disebutkan sanadnya.
Adapun, yang perlu diperhatikan dari matan ialah:
- Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,
- Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanad-nya, yakni apakah ada yang melemahkan atau menguatkan, serta selanjutnya dengan ayat dalam Al-Qur’an, yakni apakah ada yang bertolak belakang.
Baca Juga: Apa Itu Hadits Nabawi? Hadits Yang Murni Asalnya dari Rasulullah
Contoh
Berikut ialah contoh matan hadits menurut Orami.co.id, matan ialah yang bercetak miring:
“Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi’ berkata, telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin Malik bin Abu ‘Amir Abu Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: ‘Tanda-tanda munafik ada tiga: jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat.’” (HR. Bukhari)
Jadi, matan muncul setelah riwayat sanad berhenti hingga ‘Rasulullah SAW bersabda’.
Meringkas dan menyederhanakan matan hadits
Permasalahan terkait redaksi suatu hadits tak hanya terletak pada perbedaan susunan kata dan pemilihan kata, tetapi yang diperselisihkan juga oleh para Ulama dan berpengaruh terhadap redaksi matan suatu hadits ialah tindakan peringkas atau menyederhanakan redaksi suatu hadits.
Ada sebagian ulama yang mutlak tak memperbolehkan tindakan tersebut, yang mana sejalan dengan pandangan mereka menolak periwayatan hadits secara makna. Sebagian lagi memperbolehkannya secara mutlak.
Baca Juga: Apa Itu Hadits Qudsi? Hadits Yang Disampaikan Lewat Mimpi
Namun begitu, kebanyakan ulama hadits membolehkannya dengan persyaratan.