Menu


Hadiri Istighosah, Prabowo Akui Dirinya Harus Belajar Jadi Pemimpin dari Jokowi

Hadiri Istighosah, Prabowo Akui Dirinya Harus Belajar Jadi Pemimpin dari Jokowi

Kredit Foto: YouTube/TV Tabalong

Oleh karena itu, Prabowo menegaskan bahwa dia tidak menyesal dan bahkan bersyukur serta bangga bisa bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju. Meskipun, dirinya menjadi pesaing Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019.

"Saya merasa tidak salah bergabung dengan Presiden Joko Widodo. Bukan saja saya merasa tidak salah, sekarang saya merasa bersyukur dan saya merasa bangga telah bergabung dengan Presiden Joko Widodo," ujarnya.

Menurut Prabowo, fakta bahwa dua kontestan pilpres bisa bersatu dalam sebuah pemerintahan memang cukup menarik perhatian dan menimbulkan kebingungan di tataran global.

Baca Juga: Ajak Masyarakat Pilih Pemimpin Berkualitas, Politisi PDIP: Salah Satunya Prabowo

"Bangsa lain, negara lain bingung lihat bangsa Indonesia. Bingung, bagaimana bisa dua rival dua tokoh kok begitu selesai pertandingan kok jadi satu," ujarnya.

Prabowo menambahkan bahwa hal serupa sulit untuk ditemukan di negara-negara lain, bahkan termasuk Amerika Serikat.

"Di Amerika Serikat saja, yang katanya 'Mbahnya Demokrasi', sekarang dua partai besar kalau masuk ruangan katanya lihat-lihatan tidak mau duduk bersama," katanya.

Menurut Prabowo, Indonesia telah memberikan contoh bahwa ketika kepentingan bangsa dan negara persatuan dua kontestan pilpres bisa dilakukan.

Baca Juga: Sebut Ada Menko Ingin Ubah Konstitusi, Anies Baswedan: Ini yang Harus Dilawan

"Kalau sudah untuk kepentingan rakyat, kalau sudah untuk kepentingan bangsa dan negara, kita akan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara," tuturnya.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Tampilkan Semua Halaman

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Republika.