Pernahkah kamu mendengar destinasi wisata kayangan api? Namanya unik, tempatnya pun betul-betul mempesona karena merupakan sumber api yang tak akan padam.
Sumber api abadi ini terletak di kawasan hutan lindung Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Kompleks Kayangan Api ialah fenomena geologi alam berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah yang tersulut api.
Lalu, menciptakan api yang tak pernah padam meskipun turun hujan.
Baca Juga: Agrowisata Bhakti Alam Pasuruan, Wisata Seru Bersama Keluarga
Kayangan Api menjadi salah satu obyek wisata unggulan di Bojonegoro, banyak pula dikunjungi wisatawan karena keunikannya. Salah satunya, yakni karena lokasi Kayangan Api di tengah kawasan hutan yang tentunya menjadikannya tempat pas untuk berwisata.
Salah satu daya tarik destinasi yang satu ini menurut IAIN Kediri, yakni api abadi yang makin indah dinikmati pada sore hari. Pasalnya, fenomena ini bisa dilihat sembari merasakan suasana alam hutan yang begitu tenteram.
Belum lagi, lokasi ini dibuka 24 jam dan dilengkapi dengan pemandu wisata, sedangkan biaya masuknya sangat terjangkau: Rp 8 ribu saja per orang, dengan biaya parkir 2 ribu untuk roda dua dan Rp 5 ribu untuk roda empat.
Di Kayangan Api juga tersedia berbagai fasilitas, termasuk pendopo, tempat makan, penginapan, dan fasilitas lain yang tak mengecewakan.
Kisah dari rakyat
Baca Juga: Di Madiun, Ada Bantaran Kali yang Jadi Objek Wisata Taman
Mengutip laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro, cerita menyebut Kayangan Api sebagai tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa, atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe yang berasal dari Kerajaan Majapahit.
Di sebelah baratnya, ada kubangan lumpur berbau belerang. Menurut kepercayaan semasa itu, Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat pertanian dan pusaka, seperti keris, tombak, cundrik, dan lainnya.
Banyak masyarakat sekitar yang masih menganggap sumber api ialah keramat. Api itu hanya boleh diambil saat ada upacara penting, seperti halnya di masa lalu, saat upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X.
Baca Juga: Wisata ke Air Terjun Sedudo, Cicipi Nasi Jagung Sedudo! Nagih, Bagaimana Membuatnya?
Apalagi, untuk mengambil apinya perlu suatu prasyarat, yakni selamatan atau wilujengan dan tayupban menggunakan gendang eling-eling, wani-wani, dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo.
Sebab itulah, tak boleh ada yang menemani saat gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono.
Acara tradisional masyarakat yang kerap dilaksanakan di sana ialah Nyadranan atau bersih desa, sebagai wujud terima kasih kepada Yang Maha Kuasa.
Transportasi
Kayangan Api terletak sekitar 25 km dari Ibu Kota Bojonegoro, yakni sekitar 45 menit perjalanan. Cara termudah untuk mengunjunginya ialah dengan bergabung dengan tur atau menyewa mobil di hotel penginapan.
Baca Juga: Mengenal Kampung Coklat, Wisata Edukasi Menarik yang Berawal dari Ternak Ayam Gagal
Kamu juga bisa menyewa jasa ojek sebagai pilihan.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO