Di sebelah baratnya, ada kubangan lumpur berbau belerang. Menurut kepercayaan semasa itu, Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat pertanian dan pusaka, seperti keris, tombak, cundrik, dan lainnya.
Banyak masyarakat sekitar yang masih menganggap sumber api ialah keramat. Api itu hanya boleh diambil saat ada upacara penting, seperti halnya di masa lalu, saat upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X.
Baca Juga: Wisata ke Air Terjun Sedudo, Cicipi Nasi Jagung Sedudo! Nagih, Bagaimana Membuatnya?
Apalagi, untuk mengambil apinya perlu suatu prasyarat, yakni selamatan atau wilujengan dan tayupban menggunakan gendang eling-eling, wani-wani, dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo.
Sebab itulah, tak boleh ada yang menemani saat gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono.
Acara tradisional masyarakat yang kerap dilaksanakan di sana ialah Nyadranan atau bersih desa, sebagai wujud terima kasih kepada Yang Maha Kuasa.
Transportasi
Kayangan Api terletak sekitar 25 km dari Ibu Kota Bojonegoro, yakni sekitar 45 menit perjalanan. Cara termudah untuk mengunjunginya ialah dengan bergabung dengan tur atau menyewa mobil di hotel penginapan.
Baca Juga: Mengenal Kampung Coklat, Wisata Edukasi Menarik yang Berawal dari Ternak Ayam Gagal
Kamu juga bisa menyewa jasa ojek sebagai pilihan.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO