Menu


Pengurus NU Tegaskan Tak Ada Islamophobia di Indonesia, Eh Ada yang Nyamber 'itu Grand Design untuk Kepentingan Pilpres 2024'

Pengurus NU Tegaskan Tak Ada Islamophobia di Indonesia, Eh Ada yang Nyamber 'itu Grand Design untuk Kepentingan Pilpres 2024'

Kredit Foto: Twitter Taufik Damas

Konten Jatim, Jakarta -

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) DKI Jakarta Taufik Damas menegaskan bahwa Islamophobia tidak ada di Indonesia.

Penegasan itu disampaikan Taufik Damas guna menyangkal Gerakan Anti Islamophobia yang digagas oleh politisi Ferry Juliantono.

Menurut Taufik Damas, di Indonesia tidak ada Islamophobia sebab mayoritas penduduknya beragama Islam.

Ia juga mengatakan bahwa berbagai kegiatan Islam di seluruh penjuru negeri difasilitasi oleh pemerintah, karena itu tak ada yang namanya Islamophobia.

"Mana ada islamophobia di Indonesia? Rukun Islam sempurna dijalankan di negeri ini. Dari presiden sampai ketua RT sebagian besar muslim," kata Taufik Damas, dikutip Konten Jatim dari akun Twitter @TaufikDamas, Minggu (17/7/2022).

"Masjid, pesantren, kampus Islam dll, banyak sekali di negeri. Azan berkumandang bersahut-sahutan. Ramadhan meriah. Ibadah haji difasilitasi," sambungnya.

Baca Juga: Begini Keterangan Terbaru Mabes Polri Soal Kasus Polisi Tembak Polisi yang Menewaskan Brigadir J, Simak Penjelasannya


Ferry Juliantono bersama aktivis muslim menggelar deklarasi Gerakan Nasional Anti Islamophobia di Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada siang nanti Jumat (15/7/2022).

Dalam keterangan resminya, Ferry Juliantono menyebut Gerakan tersebut bermula dari banyaknya Islamophobia yang terjadi di tanah air.

Ia mun memilih tanggal 15 sebagai pijakan untuk melawan Islamophobia di Indonesia, karena tanggal tersebut merupakan resolusi PBB.

“Para aktivis sepakat untuk menjadikan Resolusi PBB ini sebagai pijakan untuk melawan Islamophobia di dalam negeri yang semakin hari semakin memecah persatuan dan kesatuan bangsa,” ungkap Ferry Juliantono.


Namun pernyataan Ferry Juliantono itu dibantah oleh Taufik Damas, lantaran gerakan tersebut sarat akan kepentingan politik.

Baca Juga: Makin Gak Jelas! Keterangan Polisi soal Jumlah Peluru Ternyata Beda dengan Hasil Olah TKP

Ia pun meminta Ferry Juliantono dan rekan-rekannya untuk berhenti menggaungkan seolah-olah di Indonesia ada Islamophobia.

"Berpolitik mbok ya dengan cara yang mencerdaskan," ujar Taufik Damas.

"Jangan jahat terhadap agamamu dengan mempermainkannya sebagai alat politik," tegasnya.

Di sisi lain, pernyataan Taufik Damas itu mendapat berbagai respon dari pegiat media sosial Argawinata.

Argawinata menilai bahwa Gerakan Nasional Anti Islamophobia itu sebagai grand design untuk kepentingan Pilpres 2024.

Menurutnya hal itu dilakukan agar para pendakwah dengan mudah memainkan politik identitas di mimbar-mimbar masjid.

"Pembentukan Gerakan itu adalah grand design untuk kepentingan Pilpres 2024, jadi biar mereka bebas memainkan politik identitas/ politisasi agama, biar ustadz2 kadrun bebas memakai mimbar-mimbar masjid atau acara2 pengajian untuk menyebar fitnah & kebencian kepada lawan2 politik mereka," kata Argawinata.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO