Menu


Mengenal Sego Tempong, Kuliner Pedas Banyuwangi yang Bikin Serasa Ditampar

Mengenal Sego Tempong, Kuliner Pedas Banyuwangi yang Bikin Serasa Ditampar

Kredit Foto: Instagram/Referensi Kuliner Banyuwangi

Konten Jatim, Jakarta -

Nama ‘sego tempong’ sangatlah ‘Jawa’ karena menggunakan sepenuhnya bahasa Jawa, tepatnya bahasa Osing, dari Banyuwangi. Seperti namanya, sego tempong berarti nasi tampar, yakni nasi yang pedasnya bisa membuat penikmat merasa ditampar.

Kuliner yang juga dikenal sebagai nasi tempong ini merupakan makanan khas Banyuwangi yang wujudnya berupa sayuran yang telah direbus seperti bayam, kenikir, dan daun kemangi, plus lauk tahu, tempe, bakwan jagung goreng, sampai ikan jambal goreng tepung. Waduh, terbayang sedapnya?

Belum lagi jika ditambah genjer, kacang panjang, kubis, terung, kangkung, sawi, daun singkong, dan lain sebagainya sesuai ciri khas warung. Betul-betul banyak variasinya. 

Baca Juga: 5 Kuliner Lontong Balap Legend di Surabaya, Balapan untuk Cicipi?

Menurut laman Banyuwangi Bagus, kuliner yang populer ini tak sulit ditemukan karena hampir semua wilayah di Banyuwangi menyediakan warung dengan menu yang satu ini. Biasanya, memang sego tempong dijual di warung dan depot kecil karena kuliner ini begitu merakyat.

Penjual sego sempong biasanya buka warung mulai sore hari hingga menjelang tengah malam. Meski begitu, ada pula yang buka sejak pagi hingga malam.

Baca Juga: 5 Kuliner Lontong Kupang Terenak Sidoarjo, Jangan Lupa Sejuta Manfaatnya

Adapun, ciri khas dari hidangan ini ialah bau kencur yang menguar kuat dari sambalnya. Meski begitu, ada pula yang memakai sambal terasi pedas. Lebih rinci, sambal yang jadi keistimewaan sego tempong ini dibuat dengan bahan serba mentah: cabai rawit, tomat ranti, gula pasir, terasi, garam, sampai air jeruk limau yang sungguh menggugah selera.

Sambal yang begitu pedas ini menghasilkan nama ‘tempong’ yang berarti ‘tampar’. Tentunya, ini adalah kiasan sebagai gambaran dari rasa pedas yang ditimbulkannya. Wajah kita akan memanas dan sensasi pedasnya tak bakal buru-buru hilang dari mulut.

Sejarah

Konon, para petani di sawah paling biasa memakan sego tempong. Tak heran, nasi dengan lauk yang sederhana ini sangat boleh menjadi pengisi perut petani yang telah bekerja begitu keras di ladang atau sawah.

Baca Juga: Lontong Balap dan Sejarah Uniknya, Jadi Saksi Penjual Kuliner Zaman Dulu

Meski begitu, kini sego tempong justru jadi ‘naik kasta’ karena dikonsumsi masyarakat umum di berbagai kalangan, bahkan warungnya telah menyebar di berbagai sudut kota, entah bagaimana mulainya.

Yang jelas, hidangan yang begitu merakyat dan sedap ini pantas dinikmati berbagai pencinta kuliner dari mana saja yang gemar akan rasa pedas.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024