Menu


Menkes Ungkap Enam Alasan Dukung RUU Omnibus Kesehatan

Menkes Ungkap Enam Alasan Dukung RUU Omnibus Kesehatan

Kredit Foto: Rakyat Merdeka

Konten Jatim, Jakarta -

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membeberkan enam alasan yang membuat pemerintah mendukung adanya RUU omnibus Kesehatan. Pertama adalah kurangnya akses masyarakat ke layanan primer kesehatan.

"Kita melihat ada titik-titik lemah layanan primer itu kurang terintegrasi, karena sejak adanya UU Otonomi Daerah itu jadi agak terpisah dengan Kementerian Kesehatan, jalannya sendiri-sendiri, masing pemerintah daerah. Itu sekarang akan kita integrasikan dengan menyamakan program dan juga penganggarannya akan kita sinergikan," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Selasa (24/1/2023).

Baca Juga: Komnas HAM: Perppu Cipta Kerja Bertentangan Dengan Putusan Mahkamah Konstitusi

Kedua adalah kurangnya kapasitas pelayanan rujukan di rumah sakit. Ia mencontohkan masih sangat kurangnya rumah sakit jantung dan stroke di banyak wilayah, yang membuat masyarakat menjadi kesulitan.

"Misalnya saja jantung, karena ini adalah kematian yang paling besar setelah stroke, kita lebih ingin banyak lagi rumah sakit-rumah sakit di daerah yang bisa melayani jantung dan stroke. Jadi tidak usah dibawa ke Jakarta atau ke Jawa," ujar Budi.

Ketiga adalah ketahanan kesehatan yang masih lemah. Selanjutnya, pembiayaan kesehatan yang masih belum efektif. Ia menjelaskan, masalah keempat tersebut terjadi akibat kurangnya koordinasi antara pemerintah dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Alasan kelima adalah masalah sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan yang masih kurang dan tidak merata. Jelasnya, masalah SDM ini menjadi salah satu alasan utama pemerintah mendukung revisi UU Kesehatan yang menggunakan metode omnibus.

Sebab, jumlah dokter umum dan dokter spesialis di Indonesia masih sangat kurang yang menyebabkan tak meratanya mereka di banyak wilayah. Hal tersebut terbukti dari banyaknya dokter spesialis yang kerap membuka prakteknya di dua tempat atau lebih.

"Di luar negeri itu umumnya mereka praktek di satu tempat, itu menunjukkan bahwa dokter dan dokter spesialis kita kurang. Diskusi dengan organisasi profesi dan perguruan tinggi terus kita lakukan, karena memang masih ada pihak yang merasa dokter dan dokter spesialis kita sudah cukup, padahal kenyataannya sangat kurang," ujar Budi.

Baca Juga: RUU KUHP Dianggap Menghadirkan Kolonialisme Baru, Hmmm Apa Mungkin Ada Motif 3 Periode di Baliknya?

Alasan terakhir adalah minimnya integrasi teknologi kesehatan dan regulasi inovasi bioteknologi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) disebutnya sedang melakukan transformasi kesehatan sebagai upaya untuk dapat menjawab permasalahan layanan kesehatan di masyarakat.

Seperti diketahui, DPR telah menginisiasi revisi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Revisi undang-undang tersebut diketahui akan menggunakan metode omnibus yang akan menggabungkan undang-undang lain.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Republika.