Menu


Alasan Santri Pesantren Shiddiqiyyah Mati-matian Bela Mas Bechi yang Jelas-jelas Salah, 'Kerja di Rumah Kiai Tanpa Dibayar pun Mereka Mau'

Alasan Santri Pesantren Shiddiqiyyah Mati-matian Bela Mas Bechi yang Jelas-jelas Salah, 'Kerja di Rumah Kiai Tanpa Dibayar pun Mereka Mau'

Kredit Foto: Istimewa

Konten Jatim, Jakarta -

Belakangan ini Publik dihebohkan dengan para Santri yang membela Mochamad Subchi Azal Tsani (42) alias Mas Bechi, anak dari pemilik Pesantren Shiddiqiyyah Jombang.

Padahal diketahui bersama bahwa Mas Bechi ini sudah jelas salah lantaran ia seorang pelaku pemerkosaan terhadap santriwatinya.

Namun sangat disayangkan santri-santri di ponpes tersebut justru dengan mati-matian membela Mas Bechi ini sehingga menimbulkan prasangka buruk dari publik.

Publik rama-ramai menduga bahwa para santri di ponpes tersebut sudah di doktrin, tetapi pada kenyataannya tidak seperti itu.

Dikutip dari tulisan milik Fatimatuz Zahri di Mojok.co, ternyata alasan santi membela Mas Bechi itu dikarenakan mereka percaya bahwa keluarga kiai harus dihormati.

Baca Juga: 5 Fakta soal Pembunuh Mantan PM Jepang Shinzo Abe: Nama, Latar Belakang hingga Motif

Terlebih kiai dan anak keturunannya dinilai memiliki kapasitas keilmuan lebih tinggi jika dibandingkan santrinya.

Makanya tak jarang jika ribuan santri cenderung mengharapkan bisa agar bisa bekerja di rumah kiai tanpa bayaran sekalipun.

Para santri ini bekerja di rumah kiai dengan harapan mendapat berkah dari pekerjaannya tersebut.

Selain itu, ada alasan lain kenapa para santri di ponpes tersebut justru ramai-ramai membela pelaku pemerkosaan.
Salah satunya adalah para santri itu memiliki pandangan jika Mas Bechi ditangkap hal itu justru akan mempermalukan pesantren tempat mereka belajar.

Baca Juga: Berlaku Mulai 17 Juli, Begini Aturan Baru Perjalanan Dalam Negeri di Masa Pandemi, Simak Baik-baik!

Lebih jauh, pernyataan-pernyataan dari kiai pemilik pondok pesantren Shiddiqiyah Jombang itu juga mempengaruhi santri-santrinya.

Seperti contoh saat sang kiai membuat pernyataan bahwa anaknya adalah korban dari fitnah pelaku pemerkosaan, para santri itu akan langsung percaya pada perkataan kiai di ponpes tersebut.

Pengaruh lainnya juga diungkap Fatimatuz Zahri sebagai seorang yang juga pernah menimba ilmu di pondok pesantren.

Dalam tulisannya, ia menyebut hal lain yang juga mendasari terjadinya drama penangkapan pemerkosa tersebut adalah minimnya pendidikan seksual di pesantren.

Menurutnya selama di pondok pesantren tidak pernah diajarkan tentang kesehatan reproduksi dan pendidikan seksual, sehingga hal itu membuat para santri tak paham jika ada kasus pemerkosaan.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO



Berita Terkait